
Jakarta, 5 Maret 2025 – Aktivis konstitusi, Fahri Lubis, menyerukan agar narasi publik yang berkembang di Indonesia lebih cerdas dan menghindari isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan). Pernyataan ini disampaikan Fahri melalui sambungan telepon kepada Indonesiaterang.net di Jakarta, Rabu (5/3/2025).
“Ber-narasi harus cerdas, jangan sampai menyentuh isu SARA,” tegas Fahri. Ia menekankan pentingnya kembali pada konstitusi, yakni Undang-Undang Dasar 1945, sebagai pedoman bernegara dan bermasyarakat. Fahri juga meminta agar masyarakat menghindari penggunaan proksi yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Pernyataan Fahri ini muncul di tengah dinamika sosial politik Indonesia yang belakangan ini kerap diwarnai oleh narasi-narasi yang berpotensi menimbulkan perpecahan. Ia mengingatkan pentingnya menjaga keutuhan bangsa dengan mengedepankan dialog, toleransi, dan rasa saling menghormati antar warga negara.
Fahri tidak secara spesifik menyebutkan contoh narasi yang ia anggap kurang cerdas atau berpotensi memecah belah. Namun, seruannya ini dapat diinterpretasikan sebagai imbauan untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan platform digital lainnya dalam menyampaikan opini dan informasi.
Lebih lanjut, Fahri menekankan pentingnya peran media dalam menyaring informasi dan memastikan narasi yang disampaikan akurat dan bertanggung jawab. Media, menurutnya, memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk opini publik dan menjaga stabilitas sosial politik negara.
Imbauan Fahri ini diharapkan dapat menjadi pengingat bagi seluruh elemen masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan pesan dan informasi, serta senantiasa mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa di atas segala perbedaan. Indonesia, sebagai negara yang majemuk, membutuhkan kesadaran kolektif untuk menjaga kerukunan dan kedamaian. (Jal)
