
Foto Khusus
Jakarta, 11 Maret 2025 – Pemerintah Indonesia dan Vietnam menyepakati penguatan kerja sama bilateral di bidang perikanan budidaya, sebagai bagian dari peningkatan kemitraan strategis komprehensif kedua negara yang diperingati pada tahun ke-70 hubungan diplomatiknya. Kesepakatan ini ditandai dengan penandatanganan Implementing Arrangement (IA) antara Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia dan Direktorat Perikanan dan Pengawasan Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup Vietnam. Dokumen tersebut disaksikan langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono, dan Wakil Menteri Pertanian dan Lingkungan Hidup Vietnam, Phung Duc Tien, di hadapan Presiden RI Prabowo Subianto dan Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Vietnam (PKV), Tô Lâm, pada Senin, 10 Maret 2025.
Menteri Trenggono menyatakan bahwa penguatan kerja sama ini akan mempercepat upaya Indonesia dan Vietnam untuk menjadi penghasil produk perikanan terkemuka di kawasan. Kerja sama akan difokuskan pada pengembangan budidaya lobster, tuna, dan rumput laut, termasuk pertukaran informasi regulasi dan data akuakultur, peningkatan kerja sama teknologi budidaya, perdagangan, pemasaran, investasi, dan kemitraan usaha. Kedua negara juga akan meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan, serta pertukaran pejabat dan ilmuwan untuk pengembangan kapasitas sumber daya manusia.
Sebagai mekanisme pelaksanaan, kedua negara akan membentuk Kelompok Kerja Sama Bersama yang akan bertemu minimal sekali setahun untuk meninjau perkembangan kerja sama dan merumuskan langkah strategis selanjutnya. Perjanjian ini berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang melalui kesepakatan tertulis.
Budidaya Berkelanjutan Menjadi Fokus Utama
Dalam pertemuan bilateral di Kantor KKP Jakarta pada Senin, 10 Maret 2025, Menteri Trenggono dan Wakil Menteri Phung Duc Tien juga membahas pengembangan budidaya perikanan berkelanjutan. Menteri Trenggono memaparkan model budidaya rumput laut ramah lingkungan seluas 50 hektare di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, yang menggunakan batok kelapa sebagai pengganti plastik sebagai pelampung, demi menjaga kelestarian ekosistem. Indonesia, sebagai produsen rumput laut terbesar kedua di dunia, juga tengah mengembangkan program hilirisasi untuk meningkatkan nilai jual produk rumput laut.
Menteri Trenggono juga menjelaskan pengembangan budidaya tuna di wilayah timur Indonesia oleh pihak swasta, menekankan komitmen Indonesia dalam pengelolaan sumber daya perikanan berkelanjutan. Wakil Menteri Phung Duc Tien menyambut baik kerja sama ini dan meminta dukungan Indonesia untuk memperkuat kerja sama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan perdagangan perikanan. Kedua pihak juga sepakat untuk memerangi penyelundupan benih bening lobster dan praktik Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing.
Laporan: Toguh
